Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu


Kelainan pendengaran atau tunarungu dalam percakapan sehari-hari di masyarakat awam sering diasumsikan sebagai orang tidak mendengar sama sekali atau tuli. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa kelainan dalam aspek pendengaran dapat mengurangi fungsi pendengaran.Namun demikian, perlu dipahami bahwa kelainan pendengaran dilihat dari derajat ketajaman untuk mendengar dapat dikelompokkan dalam beberapa jenjang.Asumsinya, makin berat kelainan pendengaran berarti semakin besar intesitas kekurangan ketajaman pendengarannya (hearing loss).

Menilik dari keturunan terjadinya ketunarunguan, Kirk (1970) mengemukaakn bahwa anak yang lahir dengan kelainan pendengaran atau kehilangan pendengarannya pada masa kanak-kanak sebelum bahasa dan bicaranya terbentuk, kondisi anak yang demikian disebut anak tunarungu pre-lingual.Jenjang ketunarunguan yang dibawa sejak lahir, atau diperoleh pada masa kanak sebelum bahasa dan bicaranya terbentuk, ada kecenderungan termasuk dalam kategori tunarungu berat. Sedangkan anak lahir dengan pendengaran normal, namun setelah mencapai usia di mana anak sudah memahami suatu percakapan tiba-tiba mengalami kehilangan ketajaman pendengaran, kondisi anak yang demikian disebut anak tunarungu post-lingual. Jenjang ketunarunguan yang diperolah setelah ank memahami percakapan atau bahasa dan bicaranya sudah terbentuk, ada kecenderungan termasuk dalam kategori sedang atau ringan.

Penyebab Tuna Rungu


Moores (1978) mengidentifikasi beberapa penyebab ketunarunguan masa anak-anak yang terjadi di Amerika Serikat. Berdasarkan hasil penelitiannya, ia menemukan bahwa faktor keturunan, penyakit maternalrubella, lahir sebelum waktunya (prematur), radang selaput otak, serta ketidaksesuaian antara darah anak dengan ibu yang mengandungnya, toxoemia, pemakaian antibiotik overdosis, infeksi, otitis media kronis, dan infeksi pada alat-alat pernapasan menjadi penyebab utama terjadinya ketunarunguan. Kondisi ketunarunguan yang dialami anak, dihubungkan dengan kurun waktu terjadinya, yaitu sebelum anak lahir (prenatal), saat anak lahir (neonatal), atau sesudah anak lahir (posnatal). Ketunarunguan yang terjadi sebelum anak lahir maupun saat lahir disebut tunarungu bawaan (congenital), sedangkan ketunarunguan yang terjadi ketika anak mulai meniti tugas perkembangannya disebut tunarungu perolehan (acquired).

Secara terinci determinan ketunarunguan yang terjadi sebelum, saat, dan sesudah anak dilahirkan dapat disimak pada uraian berikut.

a. Ketunarunguan sebelum lahir (prenatal), yaitu ketunarunguan yang terjadi ketika anak masih berada dalam kandungan ibunya. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan ketunarunguan yang terjadi pada saat anak dalam kandungan antara lain sebagai berikut.

1) Hereditas atau keturunan, salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunarungu atau mempunyai gen sel pembawa sifat abnormal. Misalnya gen dominan atau gen resesif.

2) Maternalrubella, merupakan penyakit cacar air Jerman atau campak. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada koklea anak saat di kandungan.

3) Pemakaian antibiotika over dosis, contoh obat antibiotika adalah kinine & aspirin (obat penggugur kandungan), nomicin, kanamycin dan streptomicyn.  Tunarungu yang disebabkn oleh obat-obatan ini adalah tunarungu sensoneural (tunarungu saraf)

4) Toxoemia, merupakan keracunan darah karena sebab tertentu. Kondisi ini akan berpengaruh pada rusaknya plasenta atau janin yang dikandungnya.

b. Ketunarunguan saat lahir (neonatal), yaitu ketunarunguan yang terjadi saat anak dilahirkan. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan ketunarunguan yang terjadi pada saat anak dilahirkan antara lain sebagai berikut.

1) Lahir prematur, merupakan proses kelahiran bayi yang terlalu dini sehingga berat badan atau panjang badannya relative sering di bawah normal, dan jarring-jaring tubuhnya sangat lemah, akibatnya anak lebih mudah terkena anoxia(kekurangan oksigen) yang berpengaruh pada kerusakan koklea.

2) Rhesusfactors, jika ayah memiliki rhesus positif dan ibu memiliki rhesus negatif maka anak yang dilahirkan ada kemungkinan akan memiliki rhesuspositif. Ketika rhesus anak dan ibu berbeda ini menyebabkan sel-seldarah merah yang membentuk antibody, justru akan merusak sel darah merah anak dan menyebabkan kekurangan sel darah merah pada anak dan menderita sakit kuning. Ketika anak tersebut  lahir maka akan mengalami tunarungu.

3) Tangverlossing, merupakan proses kelahiran anak yang dibantu dengan alat yaitu tang. Proses ini dapat menyebabkan kerusakan pada susunan saraf pendengaran.

c. Ketunarunguan setelah lahir (posnatal), yaitu ketunarunguan yang terjadi setelah anak dilahirkan oleh ibunya. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan ketunarunguan yang terjadi setelah dilahirkan antara lain sebagai berikut.

1) Penyakit meningitiscerebralis, merupakan peradangan yang terjadi pada selaput otak. Peradangan ini dapat disebabkan oleh benturan keras pada bagian kepala.

2) Infeksi, yaitu ketika anak telah lahir dan terkena penyakit campak, typhus, influenza dan lain-lain. Infeksi yang akut dapat menyebabkan tunarungu pada anak. karena virus-virus akan menyerang bagian-bagian penting dalam rumah siput (koklea) sehingga menyebabkan peradangan.

3) Otitis media kronis, keadaan ini menunjukkan bahwa cairan otitis media yang berwarna kekuning-kuningan tertimbun di dalam telinga bagian tengah. Ketika cairan mengental dan menyumbat telinga bagian tengah maka akan tejadi pembesaran adenoid, sinusitis dan seterusnya sehingga dapat menyebabkan alergi pada alat pendengaran.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama