Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Gifted

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Gifted
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Gifted. Setiap anak yang terlahir ke dunia tentunya memiliki kekurangan dan juga kelebihan. Kekurangan dan kelebihan ini adalah kodrat yang harus diterima dengan penuh kegembiraan dan ikhlas secara lahir dan batin oleh setiap orangtua, sebab kelebihan dan kekurangan ini merupakan anugerah dari Tuhan yang tidak bisa digugat kebenarannya. Kelebihan dan kekurangan ini membuat setiap anak menjadi seorang manusia yang berharga dimata setiap orangtuanya. Dengan berbagai macam kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh setiap anak di dunia ini, terdapat berbagai macam pula kategori anak yang ada. Salah satu kategori anak yang begitu berharga adalah anak yang masuk dalam kategori gifted (anak berbakat).

Anak yang terlahir dengan memiliki intelegensi yang tinggi, dapat dikatakan sebagai anak yang masuk dalam kategori gifted. Dikarenakan kelebihan intelegensi inilah anak gifted menjadi begitu istimewa dan membanggakan dalam hal pengetahuan. Dengan kemampuan intelegensi yang tinggi, anak gifted tentunya dapat menjadi seorang manusia yang berkualitas. Berkualitas dalam hal ini antara lain adalah selalu memperoleh prestasi yang mengesankan baik dalam bidang pendidikan maupun dalam hal pekerjaan, mampu mempelajari hal-hal baru yang mungkin belum tepat diajarkan bagi anak-anak normal, akan tetapi anak gifted mampu mempelajarinya dengan baik.

Namun demikian, dalam kehidupan sehari-hari masih banyak dijumpai anak-anak normal yang sebetulnya masuk dalam kategori gifted dan anak-anak yang memang sudah teridentifikasi dalam kategori gifted tetapi tidak memiliki prestasi yang gemilang, tidak mampu bekerja dengan baik, dan bahkan menjadi anak yang bisa dikatakan nakal dan terbelakang. Hal ini dapat terjadi dikarenakan berbagai macam faktor, baik faktor internal seperti keluarga dan eksternal.

Oleh karena itu, pendampingan bagi anak-anak gifted perlu diberikan, meskipun anak gifted mampu berkarya dengan luar biasa, akan tetapi ketika tidak diarahkan, hal-hal negatif yang ada pada diri anak tersebutlah yang cenderung menonjol.

Pembahasan tentang Anak Berkebutuhan Khusus Gifted


1) Pengertian

Terdapat berbagai macam pengertian gifted yang dikemukakan oleh banyak tokoh, berikut pengertian gifted dari beberapa tokoh yang terkemuka:

a. Renzuli

 "Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu, ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi. Gifted adalah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu di masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).

b. Tirtonegoro

Gifted adalah suatu termologi bagi individu yang mempunyai IQ atau tingkat kecerdasan lebih dari normal, IQ-nya antara 125-140. Di samping itu mempunyai bakat yang istimewa yang menonjol dalam bidang seni musik,drama, ketrampilan dan keahlian dalam memimpin” (Tirtonegoro,33).

c. P. Marland (1972) (Komisi Pendidikan AS, Sidney)

Gifted adalah anak yang memiliki kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki program pendidikan yang sesuai atau layanan melebihi sebagaimana diberikan secara normal oleh program sekolah regular, sehingga dapat merealisasikan kontribusi secara bermakna bagi diri dan masyarakatnya.

 Potensi kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Proses mengidentifikasi anak cerdas istimewa dilakukan dengan menggunakan pendekatan multi dimensional. Artinya, kriteria yang digunakan lebih dari satu (bukan sekedar intelegensi). Batasan yang digunakan adalah anak yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas ditetapkan skor IQ 130 ke atas dengan pengukuran menggunakan Skala Wechsler.

2) Tipe/Jenisnya

Untuk lebih jauh mengenal bagaimana seorang anak gifted itu, tokoh bernama Betts & Neihart (1988) telah mengelompokkan anak gifted menjadi 6 tipe yaitu :

1. Tipe 1 (The Succesful)

Anak yang tergolong pada tipe ini mampu mengikuti pendidikan konvensional dan dapat meraih prestasi yang sangat baik, dan mampu mendengarkan dan mempelajari dengan cepat dan cermat yang diajarkan di sekolah maupun di lingkungan rumah.Mereka sangat disenangi oleh lingkungannya dan dapat diterima dengan baik oleh teman-teman sebayanya sehingga tidak mengalami masalah dalam pergaulan dan perkembangan sosial dan emosionalnya. Akan tetapi, sebenarnya mereka kurang bisa belajar secara mandiri, mereka mendapatkan prestasi karena dukungan dan bimbingan, bukan karena mengembangkan minatnya secara mandiri. Ketika berada di sekolah yang lebih tinggi, mereka mengalami kesulitan untuk mengembangkan dirinya. Anak-anak pada tipe ini selalu percaya bahwa akan ada yang selalu menuntun dan mengarahkan sehingga mereka memang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tetapi kurang bisa menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan perubahan hidup.

2. Tipe 2 (The Challenging)

Anak gifted pada tipe ini sering mengalami konflik di sekolah maupun dirumah, bahkan tipe ini tidak teridentifikasi oleh pihak sekolah karena anak tipe ini tidak menjukkan prestasi yang baik dan sering berdebat dengan guru. Namun, mereka juga memiliki keistimewaan tersendiri yaitu memiliki  kreativitas yang tinggi. Mereka lebih banyak frustrasi karena sistem pendidikan justru tidak dapat memberikan perhatian pada kemampuan dan talentanya dan harus berjuang untuk menggembangkan talentanya dengan kekuatannya sendiri.

3. Tipe 3 (The Underground)

Anak-anak pada tipe ini cenderung menyembunyikan bahkan menolak talentanya sendiri karena adanya tekanan dari teman-teman sebayanya. Sebenarnya mereka ingin dianggap sebagai anak normal pada umumnya, karena merasa tidak nyaman, merasa tidak aman, dan merasa cemas dikarenakan banyak tekanan yang muncul dari orang-orang di sekelilingnya, sementara teman sebayanya yang bukan gifted menekannya agar mereka mampu menyesuaikan diri, tetapi guru dan orang tuanya menekan agar kembali meraih prestasi.

4. Tipe 4 (The Dropouts)

Anak-anak gifted kelompok ini, sekalipun sebetulnya mempunyai potensi yang tinggi, namun ia tidak mendapatkan dukungan dari sekolah, dan tidak berprestasi.Sistem pendidikan tidak memberinya dukungan untuk mengembangkan talentanya, yang menyebabkannya kefrustrasian dan pada akhirnya membawanya pada penarikan diri dan kondisi depresi. Namun sebenarnya masalahnya sudah berawal sejak ia berada di sekolah dasar. Drop out bukan saja dalam bentuk prestasi sekolah, secara fisik, namun juga mereka dapat drop out secara mental, dan emosional. Mereka biasanya adalah anak-anak yang sudah sangat terlambat teridentifikasi bahwa ia tergolong anak yang gifted dan pada akhirnya memiliki dorongan internal yang lemah. Mereka juga tidak cocok dengan sistem pendidikan konvensional. Ia membutuhkan kerjasama dengan yang baik dengan orang-orang dewasa yang memang dipercayainya.   

5. Tipe 5 (The Double Labeled)

Kelompok anak gifted tipe ini adalah mereka yang mempunyai gangguan secara fisik, secara emosional, ataupun yang mengalami gangguan belajar (Learning Disabilities). Tulisan tangannya jelek (karena motorik halusnya kurang baik), atau perilakunya yang kacau sehingga tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.Anak-anak ini juga seringkali kesulitan menyelesaikan tugas-tugasnya karena ketidakbisaannya sebagai akibat gangguannya yang memang kasat mata. Apabila berlanjut terus menerus, hal itu hanya akan memunculkan kefrustrasian, merasa tidak dihargai, tak dibantu, dan merasa terasing. Si anak juga tidak mengakui bahwa ia sesungguhnya mempunyai kesulitan yang spesifik, atau khusus, yang datangnya dari dirinya sendiri. Namun ia selalu menuding bahwa pelajarannyalah yang membosankan, atau pelajarannya “goblok”. Mereka juga pandai menutupi kekurangannya dengan cara-cara yang pintar, karena mereka memang cerdas. Pihak sekolah juga tidak mengakui bahwa sesungguhnya ia anak yang luar biasa cerdas, karena prestasinya memang tidak ada, bahkan sering selalu dibantu, atau memerlukan bantuan remedial teaching.

6. Tipe 6 (The Outonomous Learner)

Kelompok gifted tipe 6 ini adalah kelompok anak gifted yang sangat mandiri dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang besar. Ia dapat mengembangkan diri secara kreatif, dan mampu memanfaatkan segala sesuatu yang ditawarkan dalam pendidikan. Apa yang didapatkan dari sekolah dapat ia kembangkan sendiri sebagai sesuatu yang baru. Ia tak tergantung oleh orang lain, dan sangat independen. Ia dapat menentukan sendiri apa yang ingin dicapainya. Ia berani mengambil risiko, karena ia mengenal sekali kekuatan dirinya. Ia juga mempunyai konsep diri yang sangat positif, karena ia bisa mendapatkan apa yang menjadi idam-idamannya. Ia juga mampu mengekspresikan perasaan, tujuan, dan cita-citanya dengan baik, dan bebas. Ia sangat disayangi oleh lingkungan dan mendapatkan dukungan yang positif. Biasanya ia terpilih menjadi pemimpin dalam kelompoknya, baik di sekolah maupun di masyarakat.

3) Ciri-Ciri

Anak yang masuk dalam kategori gifted, pada umumnya dapat dikenali sejak dini dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Karakteristik Akademik

a. Memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar, Menikmati sekolah dan rajin membaca
b. Memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus,
c. Memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang akademik khusus,
d. Mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus  yang dipelajari pada aktivitas-aktivitas bidang lain,
e. Kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang lebih tinggi dalam suatu bidang akademik,
f. Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan  motivasi yang tinggi untuk berbuat yang terbaik,
g. Mudah menyerap pelajaran dan Belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.

2. Karakteristik Sosial

a. Diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa,
b. Keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan konstruktif,
c. Kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya,
d. Memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur,
e. Perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa,
f. Bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan  situasi,
g. Mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa,
h. Mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan Memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, dan humor.

3. Karakteristik Fisik/Kesehatan

Memiliki penampilan yang menarik dan rapi, dan Kesehatannya berada lebih baik  atau di atas rata-rata, (studi longitudinal Terman dalam Samuel A. Kirk, 1986).

4.  Karakteristik Intelektual-Kognitif (Renzulli, 1981(Sisk,  1987)).

a. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.
b. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
c. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi dan Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.
d. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah dan Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
e. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.
f. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata dan Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
g. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat dan Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
h. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat dan Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
i. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
j. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.

5. Karakteristik Persepsi/Emosi

a. Memiliki kepekaan/ sensitive, sering menggunakan intuisu (perasaan akan situasi di masa yang akan datang).
b. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
c. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
d. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu dan Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
e. Pada umumnya introvert
f. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang
g. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
h. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.

6. Karakteristik Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup

a. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
b. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
c. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
d. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
e. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup dan Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
f. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya” .
g. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas dan Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.

7. Karakteristik Aktifitas

a. Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.
b. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.
c. Sangat waspada, dan Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama.
d. Tekun, gigih, pantang menyerah.
e. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan dan spontanitas yang tinggi.

4) Penyebab

Faktor yang menyebabkan Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat  Istimewa (gifted) antara lain yaitu:

a. Hereditas

Hereditas adalah faktor yang diwariskan dari orang tua, meliputi kecerdasan, kreatif produktif, kemampuan memimpin, kemampuan seni dan psikomotor. Dalam diri seseorang telah ditentukan adanya faktor bawaan yang ada setiap orang, dan bakat bawaan tersebut juga berbeda setiap orangnya. Namun U.Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan mental seseorang.

b. Lingkungan

Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam mempengaruhi keberbakatan seorang anak. Seorang anak yang mempunyai bakat tinggi terhadap suatu bidang, perlu adanya dukungan dan perhatian dari lingkungannya seperti, masyarakat tempat dia bersosialisasi, keluarga tempat ia menjalani kehidupan berkeluarga, tempat dia menjalani kehidupan dan mengembangkan keberbakatan itu dapat membantunya dalam mencapai atau pun memaksimalkan bakatnya tersebut.

Permasalahan Anak Berkebutuhan Khusus Gifted


Keberbakatan merupakan anugerah yang dapat menimbulkan permasalahan bagi penyandangnya apabila mereka tidak memperoleh dukungan dan bantuan yang diperlukannya. Buescher dan Higham (1990) mengemukakan bahwa anak-anak berbakat antara usia 11 dan 15 tahun sering menghadapi berbagai masalah sebagai akibat dari keberbakatannya yang meliputi: perfeksionisme, competitiveness, penilaian yang tidak realistis terhadap keberbakatannya, penolakan dari teman sebaya, kebingungan akibat "pesan-pesan" yang beraneka ragam sehubungan dengan bakatnya, dan tekanan dari orang tua serta masyarakat agar berprestasi, di samping permasalahan yang ditimbulkan oleh program sekolah yang tidak menantang atau terlalu tingginya ekspektasi terhadap diri mereka.   Berikut ini adalah gambaran dari kesulitan utama remaja berbakat menurut Buescher dan Higham (1990).

A. Kepemilikan: Remaja berbakat pada saat yang sama "memiliki" tetapi juga mempertanyakan validitas dan realitas kemampuan yang mereka miliki. Sementara dalam banyak kasus bakat mereka telah diketahui sejak usia dini, tetapi keraguan tentang ketepatan identifikasinya dan obyektivitas dari orang tua atau guru terus melekat (Delisle & Galbraith, 1987; Galbraith, 1983). Konflik yang timbul, baik ringan maupun parah, perlu diatasi dengan memperoleh "kepemilikan" yang lebih matang dan rasa tanggung jawab pada anak berbakat itu. Tekanan lain yang sering dialami siswa berbakat adalah perasaan bahwa karena mereka telah dianugerahi banyak sekali kelebihan, maka mereka dituntut untuk memberi banyak pula. Sering tersirat seolah-olah kemampuan mereka itu milik orang tuanya, guru-gurunya dan masyarakatnya.

B. Dissonansi: Dari pengakuan mereka sendiri, remaja berbakat sering merasa seperti orang perfeksionis (ingin selalu sempurna). Mereka telah terbiasa menetapkan standar yang tinggi, berharap dapat melakukan hal-hal yang di luar jangkauan kemampuannya. Karena sejak masa kanak-kanak selalu berkeinginan melakukan tugas-tugas berat secara sempurna, maka hal itu menjadi kebiasaan yang bertumpuk pada masa remaja. Tidak jarang bagi remaja berbakat mengalami dissonansi antara apa yang sesungguhnya mereka lakukan dengan kualitas hasil pekerjaan yang mereka harapkan. Sering kali dissonansi yang dipersepsi oleh anak remaja itu jauh lebih besar daripada apa yang disadari oleh orang tua atau gurunya.

C. Ambil Resiko: Remaja berbakat tampaknya lebih sadar akan dampak kegiatan-kegiatan tertentu, baik yang positif maupun negatif. Mereka mampu mengukur keuntungan dan kerugian secara pasti dari berbagai kesempatan yang ada dan mampu menimbang berbagai alternatifnya. Oleh karenanya, bila mereka merasa bahwa tidak memiliki ketangkasan dan kecerdasan yang memadai, maka mereka menolak melakukan kegiatan-kegiatan yang mengandung beban resiko  di mana tingkat keberhasilan yang tinggi kurang dapat diprediksi dan pencapaian dengan standar yang lebih rendah kurang dapat diterima di mata mereka. Kebutuhan mereka untuk menjaga kontrol pribadi agar tetap berada di dalam lingkaran pengaruh sehingga hubungan yang penuh tantangan, pelajaran dan guru yang penuh tuntutan, atau persaingan yang keras tidak dapat masuk tanpa kontrol pribadinya.

D. Melawan Ekspektasi: Delisle (1985), mengemukakan bahwa "perbendaharaan" ekspektasi remaja berbakat itu harus melawan arus keinginan dan tuntutan orang lain. Semakin besar bakat anak itu, akan semakin besar pula ekspektasi dan upaya campur tangan dari pihak luar. Remaja berbakat terus-menerus melaporkan adanya desakan yang sangat kuat dari guru, teman, dan bahkan juga orang tua yang kurang peka, hingga mereka tiba pada titik keraguan dan keputusasaan. Berperilaku sebagaimana layaknya seorang remaja sementara juga terus-menerus berusaha membuktikan keunggulannya di kelas atau di kalangan teman-temannya secara signifikan akan menguras energinya untuk melaksanakan tugas perkembangannya yang normal dalam melakukan penyesuaian diri, sehingga sering kali dia menjadi frustrasi dan mengasingkan diri.

E. Ketidaksabaran: Siswa berbakat dapat kehilangan kesabarannya dalam mencari solusi untuk masalah-masalah yang sulit, mengembangkan persahabatan yang memuaskan, dan dalam memilih alternatif yang sulit tetapi paling cepat untuk mengambil keputusan-keputusan yang kompleks. Kecenderungan untuk mengambil keputusan-keputusan yang impulsif, ditambah dengan bakat yang luar biasa, dapat membuat remaja muda itu tidak bertoleransi terhadap situasi-situasi yang ambigu dan tak terpecahkan. Ketidaksabaran mereka karena tidak adanya jawaban yang memuaskan, tidak adanya opsi atau keputusan yang jelas akan membuatnya bergantung pada perasaan kebijaksanaannya yang belum matang. Rasa marah dan kecewa yang timbul akibat gagalnya mencapai pemecahan yang cepat itu akan sangat sulit diatasi, terutama bila teman-teman sebayanya mencemoohkan kegagalan tersebut.

F. Identitas Prematur: Tampaknya bahwa beban yang ditanggung remaja berbakat dalam memenuhi tantangan ekspektasi, toleransinya yang rendah terhadap ambiguitas, dan akibat tekanan dari berbagai pihak, semuanya merupakan pendorong baginya untuk mencapai identitas seperti orang dewasa secara terlalu dini, suatu tahap perkembangan yang normalnya dicapai setelah orang berusia 21 tahun. Mereka mungkin akan mencapai tahap pemilihan karir secara prematur yang akan memotong kompas dalam menuju krisis dan pemecahan identitas dengan proses yang normal.

G. Pendampingan Bagi Gifted

Terdapat berbagai macam hal yang harus menjadi pertimbangan dalam mendampingi anak gifted, antara lain:

1) Model Inklusi

Dalam model layanan ini, anak-anak berbakat ditempatkan sekelas (inklusif) dengan anak-anak lain, termasuk anak-anak penyandang kebutuhan pendidikan khusus lainnya seperti anak berkesulitan belajar (learning disabled) dan anak cacat. Guru yang telah memperoleh pelatihan khusus dalam bidang keberbakatan memberikan perhatian khusus kepada anak-anak berbakat ini agar kebutuhan pendidikan khususnya terpenuhi. Layanan khusus itu terutama berupa pemberian materi pengayaan. Dalam model ini, anak berbakat sering difungsikan sebagai tutor bagi anak-anak lain. (Winebrenner & Devlin, 1996).

2) Program Pengayaan (enrichment)

Program ini cocok untuk peserta didik yang bertipe“enriched leaner”. Bentuk layanan ini antara lain dilakukan dengan memperkaya materi melalui kegiatan-kegiatan penelitian dsb, dan atau mendapat pengayaan dengan pendalaman terutama bila ia akan mengikuti lomba kejuaraan mata pelajaran tertentu (contoh: mengikuti olimpiade matematika, biologi, fisika, astronomi dst). Fokus layanan untuk kelompok ini adalah pada perluasan/pendalaman materi yang dipelajari dan bukan pada kecepatan waktu belajar di kelas. Artinya, kelompok ini tetap menyelesaikan pendidikan di SD/MI dalam jangka waktu 6 tahun atau di SMP/MTs dan SMA/MA dalam waktu 3 tahun.

3) Gabungan program percepatan dan pengayaan (acceleration-enrichment)

Dalam program ini peserta didik memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah sekaligus memperoleh eskalasi atau pengayaan materi dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman. Pengayaan dapat dilakukan secara horizontal (menunjuk pada pengalaman belajar di tingkat pendidikan yang sama, tetapi lebih luas) maupun vertikal(meningkatkan kompleksitasnya). Bentuk layanan ini antara lain melalui kegiatan-kegiatan penelitian ketika peserta didik mengikuti lomba kejuaraan untuk mata pelajaran tertentu (contoh: mengikuti olimpiade matematika, biologi, fisika, astronomi dst).

4) Metode Pembelajaran

Salah satu metode yang cocok untuk untuk siswa-siswa ini adalah metode cooperative learning (pembelajaran kooperatif) di kelompok kemampuan campuran. Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas, tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional, dan berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk. Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus

5) Model Cluster Grouping

Dalam model ini, anak-anak berbakat dari semua tingkatan kelas yang sama di satu sekolah dikelompokkan dalam satu kelas. Kelompok tersebut terdiri dari 5 sampai 8 siswa berbakat. Pada umumnya, satu cluster group itu belajar bersama-sama dengan anak-anak lain dari berbagai tingkat kemampuan, tetapi dalam bidang keluarbiasaannya (misalnya matematika), mereka belajar secara terpisah. (Winebrenner & Devlin, 1996). Model cluster grouping ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu, Pertama, anak memperoleh perhatian khusus untuk pengembangan bidang-bidang kemampuan luar biasanya, dan sekaligus juga tetap memperoleh keuntungan dari belajar bersama dengan anak-anak dari berbagai tingkatan kemampuan lainnya. (Hoover, Sayler, & Feldhusen, 1993; Kulik & Kulik, 1990; Rogers, 1993). Kedua, Pengaturan waktu untuk mempersiapkan bahan-bahan khusus untuk anak berbakat akan lebih efisien bila anak-anak itu berada dalam satu kelompok. Ketiga, anak dapat lebih memahami dan menerima kenyataan bahwa mereka mempunyai "kelainan" dalam belajarnya jika di dalam kelasnya ada anak lain yang seperti mereka. (Winebrenner & Devlin, 1996).

6) Home-schooling (Pendidikan non-formal di luar sekolah).

Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.

7) Kelas Tradisional.

Anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya. Mata pelajaran yang diberikan  pada saat peserta didik CI/BI dikelas khusus adalah mata-mata pelajaran lain diluar rumpun matematika dan IPA.

8) Tracking System.

Dalam tracking system, siswa-siswa diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya, dan setiap klasifikasi ditempatkan dalam satu kelas yang sama. Jadi, anak-anak berbakat akan berada dalam kelas khusus siswa berbakat sepanjang masa sekolahnya. (Winebrenner & Devlin, 1996).

9) Kelas Khusus Untuk Anak Berbakat.

Pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannya pun harus dibuat sesuai dengan kebutuhan mereka. Kegiatan pembelajaranharus menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris dan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

KESIMPULAN

1. Yang dimaksud dengan gifted adalah anak yang memiliki IQ diatas 130, lebih unggul dibandingkan dengan anak cerdas.

2. Permasalahan yang dimiliki anak gifted antara lain ketidaksabaran, identitas prematurr, disonansi, dan melawan ekspektasi.

3. Pendampingan yang dapat diberikan bagi anak gifted antara lain adalah kelas inklusi, home scholling, cluster group, dan kelas tradisional.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama