Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunanetra

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunanetra
Tunanetra merupakan suatu kondisi tidak berfungsinya indera penglihatan pada seseorang secara sebagian (low vision) atau secara keseluruhan (totally blind). Hal ini dapat terjadi sebelum lahir, saat lahir dan setelah lahir. Faktor penyebab ketunanetraan pada masa sebelum kelahiran (pre-natal) sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan. Penyebab ketunatetraan pada masa sejak atau setelah kelahiran (post-natal) diantaranya kerusakan pada mata atau syaraf mata pada waktu persalinan akibat beturan benda keras.

Tujuan dari dilakukannya pendidikan untuk tunanetra bukan dari kemampuan kognitif, melainkan untuk melatih kemandirian anak tunanetra. Setiap tunanetra dituntut untuk dapat hidup mandiri. Mandiri di sini berarti ia bisa mengurus segala keperluan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Mereka harus dapat hidup mandiri supaya mereka dapat bersosialisasi dan dapat menciptakan kehidupan yang layak seperti orang normal pada umumnya. Maka dari itu, tunanetra harus mendapatkan pendidikan yang layak.

Oleh sebab itu, kami melakukan observasi terhadap anak tunanetra. Observasi kami lakukan di salah satu sekolah luar biasa (SLB) yang berada di Yogyakarta. Kami melakukan observasi untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan cara pendampingan anak tunanetra.

Definisi Tunanetra


Tunanetra merupakan ganggguan penglihatan, baik total maupun sebagian yang menyebabkan mata tidak bisa berfungsi sebagai indra penglihat dan saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang pada umunya.

Persatuan Tunanetra Indonesia / Pertuni (2004) mendefinisikan orang tunanetra adalah orang yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) higga mereka masih memiliki sisa penglihatan tetap tidak mampu meggunakan pengihatannya untk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kacamata (kurang awas). Dalam hal ini, yamh dimaksud dengan 12 point adaah ukuran huruf standar pada komputer di mana pada bidang selebar satu inci memuat 12 buah huruf. Akan tetapi, ini tidak boleh diartikan bahwa huruf dengan ukuran 18 point, misalnya pada bidang selebar 1 inci memuat 18 huruf. Orang tuanetra yang masih memiliki sisa penglihatan yang fungsional disebut sebagai orang “kurang awas” atau lebih dikenal dengan sebutan “low vision”.

Karakteristik Tunanetra (kognitif, fisik, sosial/perilaku, emosi, dan motorik)

Karakteritik tunanetra dapat berbeda-beda tergantung pada sejak kapan anak mengalami ketunanetraan, bagaimana tingkat ketajaman penglihatannya, berapa usianya, serta bagaimana tingkat pendidikannya.

a. Tingkah laku

· Kerap kali menggosok mata.

· Menutup mata sebelah atau mengerutkan mata.

· Menelengkan kepala atau  menjulurkan kepala jika melihat.

· Mengalami kesulitan dalam melihat huruf – huruf pada tulisan atau pekerjaan lain yang memerlukan penglihatan dengan jarak dekat.

· Kerap kali mengedipkan mata dari biasanya dan merasa sakit matanya saat mengerjakan pekerjaan yang memerlukan penglihatan jarak dekat.

· Mendekatkan buku pada matanya saat membaca.

· Tidak dapat melihat benda dengan jelas saat jarak benda jauh.

· Mengerutkan kening atau kelopak mata saat melihat.

· Tidak dapat meletakkan benda dengan tepat dan tidak tertarik perhatiannya pada benda – benda yang jauh atau tugas yang memerlukan penglihatan.

· Peka terhadap cahaya.

· Tidak dapat membedakan warna.

· Sering menabrak benda.

· Sering memegangi kepala dengan aneh.

· Sering tidak membuat tugas yang diberikan.

b. Fisik

o Mata juling.

o Mata merah, ada bintik – bintik pada kelopak mata atau bengkak dan berselaput.

o Mata meradang atau berair.

o Gaya melihat tidak seperti biasa.

o Sering ada bintil pada kelopak mata. (timbilen dalam bahasa jawa)

o Mengeluarkan nanah atau barang asing lainnya.

o Mata menonjol keluar.

o Bola mata selalu berputar – putar.

c. Keluhan

· Mata gatal, panas, atau sakit.

· Tidak dapat melihat dengan jelas.

· Merasa sakit kepala, pusing atau mual saat bekerja dengan menggunakan penglihatan jarak dekat.

· Kabur atau penglihatan dobel (rangkap).

· Sensitif terhadap cahaya.

d. Motorik

Perkembangan motorik lambat karena kondisi psikis yang kurang mendukung seperti pemahaman terhadap realitas lingkungan, kemungkinan mengetahui adanya bahaya dan cara menghadapi keterampilan gerak yang serba terbatas serta kurangnya keberania dalam melakukan sesuatu.

Pengklasifikasian Tunanetra


Secara Umum

1. Buta (total)

Seseorang dikatakan buta atau menjadi tunanetra (total) apabila orang tersebut sama sekali tidak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar.

2. Low Vision

Pada kelompok ini, anak masih mampu menerima rangsangan cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika hanya mampu membaca headline pada surat kabar.

Klasifikasi anak tuanetra didasarkan pada waktu terjadinya ketunanetraan, yaitu:

1. Tunanetra sebelum dan sejak lahir

Orang yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.

2. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil

Orang telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan udah terlupakan.

3. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja

Mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.

4. Tunanetra pada usia dewasa

Pada umumnya, mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latiha-latihan penyesuaian diri.

5. Tunanetra dalam usia lanjut

Tunanetra pada golongan ini, sulit menikuti latihan-latihan penyesuaian diri.

Klasifikasi berdasarkan tingkat ketajaman penglihatan

a. Tunanetra Ringan (defective Vision), yaitu mereka yang mengalami kekurangan daya penglihatan ringan, seperti: rabun senja, juling, dan myopia. Kelompok ini dapat mengikuti program pendidikan biasa di sekolah-sekolah umum dan dapat menggunakan media tulisan pika ukuran 12. Kelompok ini juga masih bisa melakukan pekerjaan yang membutuhkan penglihatan dengan baik.

b. Tunanetra Setengah Berat (partially sighted/low vision), yaitu mereka yang kehilangan sebagian penglihatannya. Seseorang dikatakan mempunyai penglihatan low vision atau kurang lihat apabila ketunanetraannya berhubungan dengan kemampuannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Saluran utama dalam belajar mempergunakan penglihatan dan alat bantu baik yang direkomendasikan oleh dokter maupun bukan. Media huruf yang dipergunakan sangat bervariasi tergantung pada sisa penglihatan dan alat bantu yang dipergunakannya. Latihan orientasi dan mobilitas diperlukan oleh siswa low vision untuk mempergunakan sisa penglihatannya.

c. Tunanetra Berat (totally blind), yaitu mereka yang sama sekali tidak dapat melihat atau kemampuan melihatnya sangat parah, sehingga masyarakat pada umumnya menyebut buta. Seseorang dikatakan buta apabila mempergunakan kemampuan perabaan dan pendengaran sebagai saluran utama dalam belajar. Mereka mungkin mempunyai sedikit persepsi cahaya atau bentuk atau sama sekali tidak dapat melihat (buta total).

Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Sisa Penglihatan

a) Buta Total (visus 0);

b) Masih memiliki persepsi cahaya (visus 2/200 sd 5/200);

c) Masih memiliki persepsi objek (visus 5/200 sd 10/200);

d) Kurang lihat (visus lebih dari 10/200).

Klasifikasi berdasarkan tingkat sisa penglihatan ini dapat digunakan untuk menentukan bentuk pelayanan pendidikan.

Faktor – faktor Penyebab Ketunanetraan

1. Pre-natal (internal)

Faktor penyebab ketunanetraan  pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan, antara lain:

a. Keturunan

Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama biasanyasukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.

b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan.

Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhandalam kandungan dapat disebabkan oleh:

· Gangguan waktu ibu hamil.

· Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.

· Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang berkembang.

· Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.

· Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan.

2. Post-natal (eksternal)

Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi lahir antara lain:

a. Kerusakan pada mata atau saraf mata padawaktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras.

b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada akhirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.

c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:

· Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin

· Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis.

· Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih.

· Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.

· Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluhdarah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga merusak penglihatan.

· Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk.Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan.

· Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dariinkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total.

d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dll.

Pendampingan Terhadap Anak Tunanetra

Ø  Menciptakan lingkungan yang mampu merangsang perkembagan gerak tunanetra sekaligus mengurangi keterlambatan koordinasi tangan.

Ø  Pendampingan belajar (pendidikan)

a. Huruf Braile

Huruf Braille adalah suatu sistem penulisan yang menggunakan titik-titik yang timbul yang mewakili karakter tertentu. Huruf ini terdiri dari kumpulan titik yang disusun untuk menggantikan huruf biasa. Penulisannya pun menggunakan mesin ketik khusus braile. Namun, untuk penghitungan penyandang tunanetra dapat menggunakan sempoa.

b. Orientasi dan Mobilitasi (OM)

Orientasi adalah proses penggunaan indera yang masih ada untuk menentukan posisi seseorang terhadap benda-benda penting di sekitarnya. Mobilitas adalah kemampuan bergerak dari satu tempat ke tempat lain yang diinginkan dengan cepat, tepat, dan aman. Orientasi dan mobilitas merupakan kemampuan bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan indera yang masih ada atau masih berfungsi dengan cepat, tepat, aman. Cepat berarti dengan waktu yang singkat, dapat mecapai tujuan yang diinginkan. Tetap berarti tidak salah memilih jalan. Aman berarti dapat menggunakan rintangan dan halangan sebagai petunjuk.

Program latihan orientasi dan mobilitasi meliputi: Jalan dengan pendampingan orang awas, Jalan mandiri, Latihan bantu diri, yang meliputi:

· Latihan di kamar mandi (mencuci pakaian, mencuci rambut, mandi, dll)

· Latihan di ruang makan (cara makan, menghidangkan makanan, dll)

· Latihan di kamar tidur (membersihkan dan menatanya, merapikan diri, dll)

· Latihan di dapur (memasak, membersihkan peralatan, mencuci, dll)

· Latihan di ruang tamu (membersihkan dan menata ruangan)

Pendampingan Klasikal oleh guru

· Ajak anak keliling kelas, pastikan dia mengenal susunan perlalatan kelas yang dasar. Apabila terjadi pemindahan susunan peralatan kelas, anak perlu diberi tahu.

· Kenali jenis alat bantu yang dipakai (contoh: alat pembesar, tape recorder, radio, atau mesin tik) serta cara merawat dan menggunakannya.

· Dorong si anak semandiri mungkin dalam seluruh aktivitas.

· Jangan terlalu ‘melindungi’ anak.

· Pakai sistem “teman baik” dalam aktivitas yang diperlukan.

· Jangan segan untuk meminta pertolongan dari para profesional lain bila diperlukan.

Kesimpulan


Tunanetra merupakan ganggguan penglihatan, baik total maupun sebagian yang menyebabkan mata tidak bisa berfungsi sebagai indra penglihat dan saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang pada umunya.

Karakteritik tunanetra dapat berbeda-beda tergantung pada sejak kapan anak mengalami ketunanetraan, bagaimana tingkat ketajaman penglihatannya, berapa usianya, serta bagaimana tingkat pendidikannya.

Secara umum, tunanetra diklasifikasikan menjadi 2 yaitu buta total dan low vision. Seseorang dikatakan buta atau menjadi tunanetra (total) apabila orang tersebut sama sekali tidak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar. Sedangkan ada kelompok Low Vision anak masih mampu menerima rangsangan cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika hanya mampu membaca headline pada surat kabar.

Tunanetra dapat disebabkan oleh Pre-natal (internal) dan Post-natal (eksternal). Faktor penyebab ketunanetraan  pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan. Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi lahir.

Pendampingan pendampingan untuk anak tunanetra dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang mampu merangsang perkembagan gerak tunanetra sekaligus mengurangi keterlambatan koordinasi tangan, pendampingan belajar (pendidikan), dan pendampingan Klasikal oleh guru.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama